Dari Redaksi

Diposting oleh alaikbuletin on 04.40

Salam............

Alhamdulillah, segala puji ke hadiraht Allah SWT atas rahmat dan karunia berupa iman, kesehatan dan semangat yang terus tumbuh dihati kita. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Surabaya adalah salah satu saksi sejarah perjuangan para pahlawan untuk mencapai kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 18 agustus 1945. Kiai juga memiliki peran penting dalam mempertahankan eksistensi negara ini. Untuk itu, kami menyuguhkan artikel berjudul “Peran Strategis Politik Kiai di Hari Pahlawan”.

Dilanjutkan dengan opini tentang bayang-bayang hegemoni kota pahlawan yang mengingatkan kita bahwa perjuangan ini tidak boleh terhenti sampai disini. Masih banyak hal yang perlu kita perjuangkan untuk mempertahankan Negara tercinta ini.
Ada juga beberapa artikel, cerpen dan renungan yang ditulis oleh teman-teman anggota baru IJC. Adalah sebuah keniscayaan “Mati satu tumbuh seribu”. Selamat datang Generasi Baru Islamic Journalism Community (IJC). Semoga teman-teman anggota baru dapat melanjutkan perjuangan kita…
Tak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh pembaca. Semoga Alaikbuletin ini menjadi simbol kebersamaan dan kemajuan bagi kampus tercinta. Saran dan kritik konstruktif selalu kita tunggu…!

Read More......

Gimana jadinya kalo PESMI pindah ya?

Diposting oleh alaikbuletin on 04.38

Gimana jadinya kalo PESMI pindah ya?

Pesantren Mahasisiwi alias PESMI sudah sangat melekat di hati para penghuninya. Terutama bagi mahasiswi semester V yang sudah dua tahun hidup di bawah atapnya. Sedangkan untuk mahasiswi semester III meski hanya dalam waktu satu tahun tinggal di dalamnya, itu cukup memberi makna. Sebenarnya bangunan Pesmi bukanlah bangunan yang tergolong mewah. Yang membuat para mahasantri berat untuk meninggalkannya adalah suasana yang tenang, sejuk serta jauh dari keramaian dan yang paling penting adalah dekat dengan kelas dan masjid. Jadi, kalau hujan maupun jam istirahat mereka tidak perlu terlantar. Karena lebih baik pulang ke asrama dengan menempuh beberapa langkah saja. Letak Pesmi yang cukup strategis sebagai wahana pembelajaran memberikan kontrol pribadi yang sangat bagus. Selain letaknya yang bersebelahan dengan gedung milik fakultas usuluddin dan syariah serta tarbiyah, keberadaan masjid ulul Albab juga menambah indah suasana. Pemandangan yang menyejukkan hati ketika para mahasantri berbondong-bondong pergi ke masjid saat adzan berkumandang dengan balutan mukena putih berkibaran tertiup angin, cermin seorang figur muslimah sejati.

Kehidupan antara satu anggota dengan anggota yang lainnya terjalin harmonis seperti sebuah keluarga. Memiliki ikatan batin yang tidak diragukan. Keceriaan, tawa dan gurauan mewarnai bangunan tua itu sebelum terdengar keputusan yang sangat berat untuk diterima namun itu harus dilaksanakan dan dipatuhi. Yaitu sebuah Surat keputusan bahwa Pesmi akan dibangun dan penghuninya akan dipindahkoskan. Seperti ada petir menyambar-nyambar dan kilat bergemuruh dalam hati kami. Ada rasa sedih dan takut kehilangan yang menyeruak luar biasa hebat. Beberapa waktu, tidak ada lagi canda dan tawa. Yang ada hanyalah bayang-bayang kenangan yang sebentar lagi akan menjadi puzzle.
Pada bulan Juli 2008, perstiwa menyedihkan itupun terjadi. Para petugas bangunan datang dan menyuruh kami segera mengeluarkan barang-barang karena waktuu telah habis. Karena ini bersamaan dengan pengambilan IP maka bagi mahasantri yang ingin menginap disediakan tempat yakni di gedung Transit Lantai II dan di Gedung Pembelajaran Lantai II. Tetapi itu hanya sementara karena pihak pesantren telah memilih tempat di empat lokasi yaitu Mojopahit, Masykuriah, rumah bapak Masrukhan dan di gang VIII. Apa yang dikhawatirkan ternyata terjadi. Mahasantri tidak ditempatkan dalam satu lokasi. Lantaran tidak adanya satu tempat yang mampu menampung seluruh mahasantri.
Mojopahit dijadikan sebagai sentral kegiatan pesantren. Mulai dari intelektual, bahasa, kesenian, koperasi dan departemen lainnya karena seluruh mahasantri baru ASPK dan THI ditempatkan disana. Ini juga merupakan salah satu upaya peningkata kualitas mahasantri agar pribadi sebagai seorang santri tidak hilang begitu saja terkikis pergaulan. Namun di sisi lain, antara satu tempat dengan tempat lainnya mengalami miss communication. Intensitas pertemuan yang kurang dirasa menjadi salah satu unsur merenggangnya hubungan kekeluargaan.
Peristiwa semacam ini sudah tentu memiliki hikmah tersendiri yang harus dicari supaya tidak menjadi hamba yang mengeluh. Bukankah bertemu dan berpisah adalah sunnatullah?. Andai itu ujian semoga Allah terangi jalan kesabaran. Amin

Read More......

I WANNA LOVE YOU CoZ OF HIM

Diposting oleh alaikbuletin on 04.37

I WANNA LOVE YOU CoZ OF HIM

Pagi ini terasa begitu indah. Tentunya dengan segala keajaibannya yang amat dahsyat. Tetesan embun di permukaan daun yang lambat laun membasahi tanah. Kicauan burung di ranting pepohonan terdengar merdu seakan mempersembahkan sebuah lagu kebahagiaan dan kegembiraan kepadaku yang sedang dirundung sejuta rasa bahagia. Sinar keemasan matahari merambat dengan pasti ke seluruh bagian muka bumi, bahkan sampai ke celah terkecil pun.
Memang sejak beberapa minggu yang lalu aku senantiasa memuji kebesaran ayat-ayat Allah yang ditunjukkan oleh-Nya di alam semesta ini. Untaian kalimat Hamdalah tak henti-hentinya mengalir dari kedua bibirku. Terutama hari ini. Hari di mana aku akan mengukir kenangan terindah dalam hidupku. Kedua mataku tak mampu lagi menahan butiran-butiran lembut yang membuat pipi terasa dingin. Aku sungguh terharu. Ingin rasanya aku bersujud di hadapan-Nya sepanjang hari ini.

"Ya Allah, betapa besar nikmat yang telah Kau berikan kepadaku. Sehinnga aku tak kuasa mengatakan apapun selain puji syukurku kapada-Mu. Ya Allah, berkahilah moment penting yang akan terjadi nanti. Amin."
Air mataku masih mengalir dan membanjiri pipiku ketika mobileku berdering.
"D', skrg Mas sdh smp d Rembang. Doakn Mas n klwrg spy slmt smp 7an. Sbr y. Mg nnti brjln lncr n pnuh berkah." Begitulah isi sms dari Mas Munib.

#######

Masih terbayang jelas di kedua pelupuk mataku kenangan masa-masa OSPEK empat tahun silam. OSPEK yang sangat mengesankan. Pahit manis kurasakan bersama teman-teman seangkatanku di Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Ampel. Dari situlah aku mengenal sosok yang beberapa jam lagi akan menjadi prioritas utama dalam hidupku.
Di ujung acara penutupan OSPEK 2007, datang seorang lelaki menuju tempat dudukku. Dia adalah salah satu panitia defisi Protokoler. Sepertinya dia memang mencariku. Untuk apa aku tak tahu.
"Dek, kamu dari Pati ya?," katanya membuka pembicaraan.
"Ya, saya dari Winong, Pati. Dulu saya mondok di Kajen. Lho Kakak kok tahu, tahu dari mana?," tanyaku penasaran.
"Saya tahu dari co card yang kamu kenakan. Saya juga alumni Kajen. Nama saya Munib. Tapi saya asli Malang. Nama kamu siapa?," dia menanyakan namaku dan aku baru ingat bahwa di leherku tergantung co card yang memuat identitasku.
"Nama saya Anis sebagaimana yang Kakak lihat di co card ini. Oh ya, saya senang sekali bertemu dengan orang yang sama-sama pernah merasakan nikmatnya menuntut ilmu di kota Santri itu." Aku mengingat-ingat kembali memori kehidupanku di sana yang tidak akan pernah kulupakan.
Perbincangan kami terus mengalir hingga aku tahu banyak hal tentang dia. Dia adalah santri Pondok Pesantren Maslakul Huda. Sebuah pesantren yang sangat populer di kalangan santri Kajen itu. Bahkan mungkin tak sedikit masyarakat Indonesia yang mengenalnya. Maklum pengasuhnya adalah tokoh NU tingkat nasional, yaitu KH. Sahal Mahfudz. Seorang Kyai yang mendapatkan gelar Doktor Honoris karena karyanya yang berjudul Fiqh Sosial. Buku fenomenal itu di kalangan mahasiswa IAIN juga tidak asing.
Rata-rata kualitas intelektual santri pesantren tersebut tidak diragukan lagi. Dengan demikian bisa kuprediksikan bahwa Kak Munib merupakan orang sangat pintar di bidang ilmu agama. Apalagi selain belajar di pesantren, dia juga menyetorkan hafalan al Qur'annya kepada KH. Nafi' Abdillah, pengasuh Pondok al Qur'an terbesar di Kajen. "The great santri," bisikku dalam hati. Berbeda denganku yang hanya santri biasa yang beruntung mendapatkan beasiswa penuh dari Depag sehingga bisa merasakan bangku kuliah di IAIN ini.
Pertemuan dengan Kakak semester 5 berpenampilan ok berpostur tinggi itu berakhir ketika teman di sampingku mengajakku pulang. Kuakhiri pertemuan itu dengan salam.

#######

Pagi hari di minggu pertama bulan Desember 2007. Sejak memiliki notebook, aku sering ngenet di kampus. Selain mencari data yang berkaitan dengan perkuliahan, tak jarang aku membuka e-mailku. Fasilitas hotspot area harus kumanfaatkan dengan baik.
Mataku tercengang, hatiku berdebar, pikiranku tak percaya, tubuhku gemetar ketika membaca sebuah surat yang dikirim ke alamat e-mailku oleh orang yang tak asing lagi bagiku. Seorang yang kuanggap sebagai kakakku sendiri karena hanya dia satu-satunya alumni Kajen yang ada di kampus ini. Bukan karena pengirimnya yang membuatku kaget, tapi isi suratnya itu yang membuat diriku seakan berada di dunia mimpi.
"Anis, aku mencintaimu dan aku ingin menjadi kekasihmu………"
Sederet kalimat itu merupakan inti dari surat yang dikirim oleh Kak Munib pada jam 23.10 WIB sehari sebelum aku membuka e-mailku. Tak lama kemudian aku pulang ke pesantren tempat tinggalku yang letaknya tak jauh dari gedung Fakultas Syari'ah.


Bulan telah menampakkan sinarnya. Bintang pun tak redup meski harus bersaing dengan jutaan watt lampu yang ada di dunia ini. Angin malam terasa dingin menusuk jiwa. Hampir seluruh mahasantri yang ada di pesantren ini telah nyenyak dalam tidurnya. Mereka tengah asyik dengan mimpi-mimpi indah mereka. Mungkin hanya segelintir orang yang belum memejamkan mata. Termasuk di antaranya adalah aku.
Aku sedang memikirkan surat dari Kak Munib itu. Aku tak tahu harus berbuat apa dan bersikap bagaimana. Di tengah kebingunganmu itu, aku teringat dengan ucapan Nailin, teman karibku yang menjadi tempat curhatku untuk masalah ini.
"Sebaiknya kamu bertemu dengan Kak Munib dan membicarakan permasalahan itu face to face supaya semuanya menjadi clear." Begitu solusi yang ditawarkan oleh Nailin tadi siang yang menurutku tak ada salahnya jika aku mencobanya.
Beberapa saat kemudian kuambil handphoneku. Kuketik beberapa kata dan kukirim ke nomor Hpnya. Aku ingin bertemu dengannya besok. Moga ini solusi yang terbaik.
"Allahumma yassir lana umurana, umurad dunya wal akhirah………" Dengan membaca Basmalah dan mengharap ridha Allah, aku mulai memejamkan mata.

#######

"Assalamu'alaikum…." Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh Kak Munib ketika melihatku dan Nailin di taman kampus yang lebih dulu dating daripada dia. Aku mengajak Nailin dalam pertemuan ini supaya tidak terjadi fitnah. Bukankah apabila ada dua orang berlainan jenis berkhalwat, maka pihak ketiganya adalah syaitan.
"Wa'alaikumsalam…." Aku dan Nailin menjawab salamnya hampir berbarengan.
"Bagaimana kabar kalian? Mudah-mudahan selalu mendapat petunjuk-Nya," dia berbasa basi dengan menanyakan kabar.
"Alhamdulillah, aku dan Nailin dalam keadaan sehat sebagaimana yang kamu lihat saat ini. Kak, saya ingin membicarakan surat kamu kemarin lusa." Aku berusaha bicara sedatar dan setenang mungkin. Padahal jantung ini terasa berdegup kencang.
"Oh ya, silakan. Saya akan menerima apapun keputusanmu"
"Kak, sebelumnya bolehkah saya bertanya sesuatu?," suaraku terdengar makin kecil dan mataku sama sekali tak berani memandang wajahnya. Aku tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Padahal biasanya aku berani menatap matanya. Tapi kali ini tidak.
"Bertanya apa, Anis?," dia bertanya penuh penasaran.
"Sebenarnya hal apa yang menyebabkan kamu mencintaiku? Tolong jawab dengan jujur karena ini akan menentukan perasaanku kepadamu."
"Cinta yang beralasan tak akan bertahan lama. Cinta karena kecantikan akan pudar seiring pudarnya kecantikan itu. Cinta karena harta akan lenyap bersamaan dengan lenyapnya harta itu. Begitu juga dengan cinta yang berpijak pada alasan-alasan yang lainnya. Saya mencintaimu bukan karena suatu alasan apapun. Dengan demikian saya berharap cinta yang saya rasakan ini bisa bertahan sampai kapanpun." Sebuah jawaban yang sarat akan makna. Itulah jawaban yang aku tunggu untuk mengetahui alasan dia mencintaiku. Aku ingin menangis mendengar jawabannya seperti itu.
"Sekarang giliran saya yang bertanya. Apakah kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku? Apakah kamu bersedia menjadi kekasihku?," dia bertanya serius.
"Sebenarnya hati ini sulit memungkiri bahwa saya juga menaruh simpati kepadamu. Tapi maaf saya tidak bisa menjadi kekasih atau pacarmu. Saya tidak mau menjalin hubungan cinta dengan siapapun sebelum adanya ikatan yang suci. Saya mengharapkan cinta yang dibangun di atas pondasi yang berlabelkan halal. Supaya saya bisa mencintai dengan sepenuh jiwa dan raga.. Jujur saya tak ingin seperti kebanyakan orang yang menjadikan pacaran sebagai ajang untuk bersenang-senang belaka," aku berkata dengan penuh kehati-hatian agar tidak menyinggung perasaannya.
Aku segera mengakhiri pertemuan itu karena sebentar lagi ada jam kuliah. Kesimpulan dari perbincangan kami yang panjang lebar itu adalah kami sepakat untuk tidak menjalin hubuingan yang disebut dengan pacaran. Kami harus menunda perasaan cinta ini. Entah sampai kapan, kami belum tahu. Kami saling mendoakan semoga Allah menciptakan yang terbaik untuk kami. Meskipun tidak pacaran, kami tetap berteman. Kami harus melupakan peristiwa itu agar tidak mengganggu konsentrasi kuliah kami.

#######

Empat tahun sudah peristiwa itu berlalu. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menahan rasa cinta. Dalam jangka waktu selama itu aku harus berusaha semaksimal mungkin supaya cintaku terjaga dengan baik. Dan inilah hari kemenangan. Hari di mana sebuah prosesi sakral akan dilangsungkan. Sebuah ikatan yang suci akan kujalin dengannya. Ya, hari ini aku akan menikah dengannya. Orang yang aku selalu berharap bisa mencintainya hanya karena Allah. Supaya cinta ini tidak membutakan hati kami. Aku berjanji akan menaati seluruh perintahnya sepanjang tidak melanggar syara'. Aku akan berusaha menjadi a good wife and a good mother.
"The most important…… I wanna love you cz of Him," kalimat utama yang kubisikkan ke telinganya sesaat setelah akad nikah berlangsung.
"So do I, semoga cinta yang kita rasakan ini semata karena Allah," jawabnya sambil menggenggam tanganku erat.

Read More......

Peran Strategis Politik Kiai di Hari Pahlawan

Diposting oleh alaikbuletin on 04.35

Peran Strategis Politik Kiai di Hari Pahlawan
Oleh: Miftahul khoir
Tanggal 10 November merupakan salah satu dari hari bersejarah yang sangat penting dalam perjalanan bangsa Indonesia sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi seluruh komponen bangsa, bukan saja untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang yang tak terhitung jumlahnya demi memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi juga merupakan kesempatan yang baik untuk selalu memupuk rasa kesadaran berbangsa dan bernegara. Dengan begitu, kita akan ingat kembali bahwa Republik Indonesia yang sekarang ini adalah hasil perjuangan dalam jangka waktu yang lama dari banyak orang yang terdiri dari berbagai suku, agama, keturunan ras, dan berbagai macam pandangan politik. Dengan merenungkan, secara mendalam, berbagai tahap perjuangan bangsa itu, maka akan makin jelaslah kiranya bagi kita semua, bahwa Republik Indonesia ini adalah benar-benar milik kita bersama bukan milik perorangan ataupun golongan tertentu.

Bila kita membuka kembali lembaran sejarah bangsa Indonesia, maka kita akan menemukan bukti-bukti bahwa para Kiai memiliki peran penting dalam mengawal dan mempertahankan eksistensi Negara ini. Perjuangan para pahlawan pada 10 november 1945 yang terpusat di Surabaya tidak dapat dipisahkan dari peranan para Kiai dan santri. Hal tersebut dicatat oleh M.C. Ricklefs (1991) bahwa ribuan kiai dan santri di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya pada tanggal 21-22 Oktober 1945, dipimpin oleh Rois Akbar NU Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ary mendeklarasikan suatu resolusi yang kemudian populer dengan sebutan “resolusi jihad” yang isinya antara lain mempertahankan Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
Karena resolusi jihad itu merupakan fatwa tentang kewajiban perang melawan kaum imprealis, maka seluruh masyarakat Islam yang jumlahnya mayoritas sangat setia terhadap fatwa tersebut dan membentuk laskar perang. Para sejarawan baik nasional maupun lokal mengakui pengaruh resolusi jihad sangat besar dalam melakukan perlawanan terhadap kaum imprealis.
Dua minggu setelah dikumandangkan resolusi jihad, tepatnya 10 November 1945, meletuslah perang antara pasukan Inggris dengan pribumi selama tiga minggu. Para sejarawan menganggap peristiwa ini sebagai perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara apalagi dalam peperangan ini para pejuang Indonesia berhasil mengalahkan Inggris yang notabene sebagai pemenang Perang Dunia II. Peristiwa inilah yang kemudian di abadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Pahlawan.
Bagi warga pesantren dan warga NU pada umumnya, peringatan Resolusi Jihad yang diadakan setiap tahun adalah upaya kongkrit untuk menegaskan kembali posisinya sebagai warga yang harus tetap perduli terhadap nasib bangsanya dan harus terus berikhtiar bekerja yang terbaik dalam mengawal bangsa ini.
Dari fakta sejarah tersebut jelaslah bahwa para Kiai memiliki peranan strategis dalam perpolitikan di Indonesia khususnya di jawa timur. Namun hal itu dilakukan semata-mata untuk mempertahankan eksistensi Negara Indonesia karena konsep yang dipegang teguh adalah “cinta tanah air merupakan sebagian dari iman”. Perjuangan para kiai tersebut sama sekali bukan didasari oleh masalah keduniaan melainkan dorongan agama.
Dalam konteks jawa timur saat ini, ternyata para kiai tampil kembali dalam dunia politik. Hal ini ditunjukkan dengan mendukung salah satu calon gubernur Jatim. Kurang lebih 500 Kiai memberikan tausyiah untuk mendukung Cagub no. 5, sementara sebagian Kiai yang lain juga memberikan dukungan pada Cagub no. 1 walaupun tidak secara ekslisit. Terlepas dari segala motifasi yang mendasarinya, para kiai seharusnya tetap bersikap arif dan mengayomi ummat. Perjuangan dan jihad yang harus selalu dilakukan adalah mengawal kebijakan pemerintah untuk memperbaiki nasib masyarakat miskin, pemberantasan korupsi, dan keharusan menjaga eksistensi NKRI.
Sementara itu perjuangan dan jihad yang harus dilakukan oleh masyarakat sendiri adalah upaya merubah nasibnya dari belenggu kemiskinan dan kebodohan. Sebagian bentuk jihad tersebut harus mewarnai paradigma jihad masyarakat yang selama ini dipahami secara sempit. Jihad harus diarahkan pada perjuangan mempertahankan eksistensi diri sebagai umat dan sebagai bangsa.
Berjihad untuk memperbaiki nasib masyarakat Indonesia dan kondisi kehidupan kebangsaan bukan hanya untuk membangun bangsa dan upaya mensejahterahkan masyarakat. Lebih dari itu ikhtiar tersebut sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional. Bangsa ini harus diselamatkan dari segala predikat yang buruk, seperti, negara terkorup, miskin, instabilitas, teroris dan segudang predikat lainnya yang memarginalkan posisi Indonesia di dunia internasional. Hal itu bisa terwujud bila seluruh komponen bangsa memiliki I’tikad baik dan berusaha untuk melakukan jihad dan perjuangan menuju kehidupan yang lebih baik dimasa depan.

Read More......

MENCIPTAKAN HENING, MULAI!

Diposting oleh alaikbuletin on 04.33

MENCIPTAKAN HENING, MULAI!
Oleh: Radinal Mukhtar Harahap*
Dengar seluruh
Angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja
Di ribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang
Wahai bunga putra bangsa
Harga
Jasa
Kau cahaya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Sewaktu penulis masih berada di sekolah dasar, lirik lagu tersebut adalah lirik “wajib hapal” bagi seluruh murid. Lirik ini memang wajib dihafal karena setiap senin pagi harus dinyanyikan oleh petugas upacara, yang selalu bergantian, saat acara mengheningkan cipta.

Tapi benarkan saat itu saya benar-benar mengheningkan cipta? Tidak! Sama sekali tidak. Saya tidak tahu apa itu karena kenakalan saya diwaktu kecil atau ada persoalan lain. Rahasia ini saya simpan baik-baik dalam hati saya hingga hari ini tatkala saya membuka http://yulian.firdaus.or.id/2005/11/10/hymne-pahlawan/. Saya baru sadar bahwa bukan saya saja yang tidak mengheningkan cipta, bahkan teman-teman pada situs itu mengatakan bahwa lagu itu bukan untuk mengheningkan cipta melainkan untuk menciptakan hening!
Perubahan makna dari mengheningkan cipta, dengan arti mengenang seluruh jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kesatuan republik indonesia dibawah pimpinan Bung Tomo (yang sampai saat ini belum diangkat secara resmi menjadi Pahlawan Nasional, hanya menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto) menjadi menciptakan hening sangatlah disayangkan. Tapi itulah kenyataan dan itulah yang terjadi.
Penghargaan masyarakat indonesia akan jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa ini menjadi salah satu penyebab dari ini semua. Pimpinan perlawanan rakyat indonesia terhadap Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby yaitu Bung Tomo hanya diberi penghargaan Bintang Mahaputra Utama, bukan menjadi pahlawan Nasional.
Saatnya jiwa-jiwa pahlawan yang ada pada pahlawan-pahlawan kita menjadi bahan pengheningan kita saat upacara sehingga timbul jiwa-jiwa pahlawan pada diri kita. Tidak sebaliknya, pada saat upacara kita hanya bisa menciptakan keheningan dibalik syair-syair hymne pahlawan.

Read More......

Di bawah bayang-bayang hegemoni kota pahlawan

Diposting oleh alaikbuletin on 04.29


pertama, kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah indonesia.
Kedoea, kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa indonesia.
ketiga. kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa indonesia

Begitulah bunyi sumpah pemuda yang diambil dari rumusan hasil kongres yang diumumkan pada tanggal 28 oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop.
Selama tiga ratus lima puluh tahun, zamrud khatulistiwa terjajah. Mungkin karena pesonanya yang memukau hingga membuat iri setiap mata yang memandang serta ingin memiliki. Salah satu contohnya adalah Negeri kincir angin yang sering disebut sebagai negeri wong puteh. Obsesinya untuk memiliki Indonesia dibuktikan dengan jalan yang jauh dari perikemanusiaan. Bukannya menjaga agar senantiasa asri dan damai., mereka justru mengobok-obok negeri ini. Tetapi, sebagai bangsa yang memiliki putra-putra yang berjiwa ksatria, pertiwi tidak pantas berkecil hati. Hanya dengan modal semangat dan juga peralatan terbatas (bahkan mungkin dengan peralatan itu musuh tidak akan musnah) putra bangsa mampu memukul mundur penjajah sehingga mereka pergi dari tanah air.

Surabaya, adalah salah satu saksi perjuangan para pahlawan melawan Belanda. Karena begitu hebatnya serangan bangsa Indonesia terhadap Belanda, pada tanggal 10 Nopember maka hari itu diperingati sebagai hari pahlawan. Mereka (Belanda) memberi julukan kota Surabaya sebagai Neraka. Mungkinkah itu menjadi suatu kenyataan?
Masa penjajahan Belanda telah berakhir lama. Semangat para pahlawan Surabaya diabadikan dalam sebuah tugu PAHLAWAN. Tugu ini terletak di depan gedung Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Indonesia memang telah merdeka, tapi bukan berarti perjuangan telah berhenti sampai di sini. Masih banyak hal yang harus dibenahi. Seyogyanya arek Suroboyo mewarisi darah kepahlawan para pejuang bukan berlari menghindar dan melupakan segala jasa dan jerih payah para pahlawan. Seperti yang terjadi saat ini, generasi muda cenderung berfoya-foya dan malas membanting tulang untuk mencapai tujuannya. Dalihnya, sekarang bukan saatnya hidup susah dan menderita seperti orang-orang dahulu. Bukankah zaman telah merdeka?. Sebuah pemikiran yang sempit.
Mereka bangga atas prestasi yang diraih oleh pejuang, namun apa arti sebuah kemerdekaan bila berhenti lalu terjajah kembali hanya karena sebuah kelalaian karena perasaan bahwa hal itu telah berlalu?. Bukankah penjajah di era ini lebih ganas dan mematikan?. Sebuah bukti kongkrit, banyak generasi muda yang terjebak arus hedonisme, menghabiskan waktu senggang di berbagai tempat yang menawarkan sejuta kebohongan berkedok kemewahan. Lagi-lagi tunas bangsa tertipu.
Seandainya arek-arek Suroboyo kembali menggali makna dari peristiwa 10 Nopember dan menjadikannya sebagai cerminan, tentu sebutan kota pahlawan bukan sekedar sejarah, tapi akan menjadi sebuah kenyataan bahwa Surabaya merupakan neraka bagi mereka yang bermodal gengsi belaka, karena kota ini hanyalah untuk para pahlawan yang berjuang demi cita-citanya. Kenapa kita harus lari dan bersembunyi dibalik besarnya nama kota Pahlawan? Bukankah kita bisa membuktikan pada dunia bahwa kota ini benar-benar memiliki pahlawan-pahlawan baru yang berdedikasi tinggi untuk keutuhan Negara Indonesia? Selamat berjuang! Dan terima kasih uuntuk para pahlawan. 



Read More......

Tips Ideal Pola Sahur dan Buka Puasa

Diposting oleh alaikbuletin on 06.33

TIPS IDEAL POLA SAHUR DAN BUKA PUASA

Saat Sahur:
  1. konsumsi makanan bergizi pada saat sahur dan berbuka, walaupun dengan menu sederhana.
  2. memperbanyak mengkonsusmsi makanan berserat, agar mampu menahan rasa lapar.
  3. untuk mencegah dehidrasi dengan meperbanyak minum air pada waktu malam hari.
  4. makanan bervitamin yang penting dikonsumsi adalah makanan yang mengandung vitamin A, B, dan C. Atau cukup dengan buah berwarna kuning atau merah, sayur berwarna hijau tua, dan kacang-kacangan.

Saat Berbuka:
  1. awali dengan makanan yang hangat atau manis. Hal ini untuk menormalkan kadar gula dalam tubuh, tapi sebaiknya hindari minuman yang mengandung soda.
  2. jangan langsung minum air dingin atau es, karena selain bisa mengakibatkan kembung, juga asam lambung akan terbentuk semakin banyak.
  3. berbuka puasa hendakya dilakukan tidak terburu-buru atau bertahap, agar lambung tidak ‘kaget’, dan jangan berlebihan dalam menyantap menu berbuka karena lambung memerlukan tempat yang kosong untuk pencernaan.
  4. bagi mereka yang melebihi berat badan ideal, sebaiknya hindari makanan berkolesterol tinggi. Sebaliknya, bagi mereka yang berbadan kurus hindari banyak mengkonsumsi sayur mayur sejenis daun papaya dan daun singkong.
  5. baik setelah sahur maupun berbuka hendaknya jangan langsung tidur karena lambung memerlukan waktu untuk mencerna makanan./dyawa.


Read More......

Ramadhan: Das sein VS das solen

Diposting oleh alaikbuletin on 06.31

Ramadhan: Das sein VS das solen
Oleh: Adfar mohseen

Siapapun orangnya sebagai seorang muslim pasti sangat mengharapkan segera datangnya bulan suci Ramadhan sengan berbagai motif. Hal ini bisa dimaklumi karena bulan ramadhan hanya datang sebulan satu kali dalam satu tahun. Maka semestinya setiap muslim menyambutnya dengan antusias dan menghidupkannya dengan berbagai amal yang baik.

Tentunya sebelum bulan ramadhan tiba haruslah mempersiapkan segala sesuatunya. Baik mental, spiritual fianansial dan material. Dengan demikian dalam menjalnkan ibadah ramadhan tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang mungkin dapat mengurangi kekhususan dalalm beribadah.

Pada awalnya bulan ramadhan adalan waktu untuk melakukan puasa dan amal ibadah lainnya. Namun seiringa berjalnnya waktu dan bersentuhan dengan pelbagai kultur kebudayaan maka dalam menyambut bulan ramadhan berbagai cara bias kita temukan. Mulai dari yang dianjurkan langsung oleh agama hingga yang bersifat budaya local. Seperti mengirim doa untuk nenk moyang, ada yang melakukan nyekar ada yang mengunjungi tempat rekreasi dan hiburan. Untuk melepas hari bebas makan memasuki hari tahan makan.

Dibulan ramadhan ini nabi menganjurkan untuk menghidupkannya dengan berbagai amal shaleh dan ad juga yang hanya meramaikannya. Menghidupkan dan meramaikan meknanya begitu jauh. Menghidupkan berarti pelakunya ikut terlibat total jiwa-raga dalam apa yang dihidupkannya. sedangkan meramaikan pelakunya cukup asal ikut (CUMI), tidak enak kalau tidak terlibat. Hal ini bias dilihat dari berbagai contoh seperti ada yang terawih ke satu mesjid karena disana ada snacknya, ada yang lempar-lempar petasan, ada yang buka bareng-bareng dan masih bayak lainnya.

Ada sebuah fenomena yang menarik dari bangsa Indonesia seperti laporan dua hasil penelitian mahasiswa UIN Jakarta tahun 2001 pertama, hasil penelitian menyebutkan secara keagamaan bangsa Indonesia semakin saleh. Indikasinya adalah semakin banyaknya pengajian-pengajian di kantor-kantor, banyaknya musholla-musholla. Jemaah hajinya terbesar didunia, pemakai jilbab terutama di bulan ramadhan terus betambah dan menmpati prime time dan mendapat rating tertinggi.

Namun hasil penelitian yang kedua, setelah melihat dan mencermati seratus Negara di dunia tahun 2001, ternyata Indonesia menempati the most violent natian in the world (bangsa yang paling tinggi tindakan kekarasan di dunia). Dan sebagai warga negaranya sendiri kita juga bias merasakannya. Setiap hari kita mendengar ada kasus pencurian yang dibakar rame-rame sampai meninggal.

Berbeda dengan rasulullah dan para sahabatnya, kehadiran mereka menjadi solidarity maker (perekat social) dan menjadi rahmatan lilaalamiin. Untuk itu supaya bisa memperlakukan bulan Ramadan sebagaimana nabi dan para sahabatnya maka persiapan mental, financial sebagaimana disebutkan diatas haruslah matang.

Masing-masing kita dapat melihat dan merasakan bahwa yang mendominasi bulan ramadhan kini bukan lagi modus menghidupkannya tapi modus meramaikannya. Sehingga yang kita saksikan sekarang banyaknya kegiatan-kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan ramadhan, bahkan bertentangan dengan diameternya.

Idealnya agama secara cultural harus sama dengan agama secara subtansial. Minimal kultur agama tidak kehilangan subtansinya. Karena subtansi agamalah yang harus dikedepankan pada saat terjadi interaksi dengan budaya sehingga menjadi kultur personal dan social. Karena bulan ramadhan tidak butuh diramaikan tapi butuh dhidupkan. Survey menunjukan perbedaan mental personal dan social antara sebelum dan sesudah ramadhan tidak ada perubahan. Karena memang das sein tidak selamanya das solen.red

Read More......

Ramalan Primbon Jawa

Diposting oleh alaikbuletin on 06.28

Ramalan Primbon Jawa
Oleh: Ahmad Sahal Fauzi

Indonesia adalah negara yang kaya akan nilai-nilai budaya, tak kurang 500 bahasa dengan dialek yang berbeda-beda dimiliki oleh Indonesia, setiap suku memeliki budaya dan adat sendiri yang menjadi sebuah ciri khas yang unik dan menarik.
Jawa adalah pulau dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi di Indonesia, dan memiliki keunikan budaya yang tak sedikit membuat banyak orang tertarik akannya, dari masa ke masa ratusan peneliti dari manca Negara telah banyak berdatangan untuk melakukan research terhadap keunikan yang dimiliki oleh suku jawa, salah satunya mengenai ramalan jawa yang biasa dikenal dengan primbon.

Mungkin kita sering menyaksikan dan melihat ramalan zodiac berdasarkan shio yang sering diumumkan oleh berbagai media masa setiap harinya, mulai dari ramalan asmara, keuangan, karir, dan lain sebagainya. namun juga primbon jawa tidak kalah canggihnya dibandingkan dengan ramalan zodiac, bahkan ramalan ini bisa dikatakan lebih lengkap. Primbon adalah pengetahuan Jawa yang berusia ratusan tahun, dan kini masih lazim digunakan dalam masyarakat Jawa. Primbon merupakan sistem perhitungan atau ramalan berkaitan dengan aktivitas orang Jawa. Tidak seperti ramalan zodiac, yang biasanya hanya meramalkan masalah pribadi sesorang pada hari tertentu, Primbon sedikitnya membicarakan tentang perhitungan berkaitan dengan baik buruknya waktu kegiatan (upacara perkawinan, mendirikan rumah, menempati rumah, dan sebagainya), ramalan watak manusia dan hewan berdasarkan ciri-ciri fisiknya, ramalan yang bersifat gaib (misal, mimpi dan kedutan), serta perhitungan mengenai tempat tinggal. Sekarang kita tidak lagi susah-susah mencari orang yang benar-benar ahli dalam masalah ramalan primbon, karena telah banyak situs yang menyediakan aplikasi untuk ramalan ini, misalnya pimbon.com dan lain sebagainya.
Menurut ramalan primbon yang meramal watak manusia misalnya, jika anda dilahirkan pada tanggal satu berarti Anda mempunyai kemauan yang keras, mandiri dan percaya diri. Orang lain mungkin berkata Anda "terlalu banyak berpikir" karena Anda lebih suka berencana namun tidak benar-benar menjalankannya. Anda cenderung mendiagnosa apa yang salah daripada membenahinya. Anda memiliki pemikiran yang bagus dan suka berunding. Praktis dan idealis, Anda menyukai hal-hal yang diukur oleh otak daripada hati Anda. Akibatnya, walaupun Anda mampu memberikan kasih sayang, Anda tidak menunjukkannya terang-terangan. Di balik kemandirian Anda, Anda adalah seseorang yang sangat sensitif dan membutuhkan dorongan dan feedback (umpan balik) yang positif. Anda juga memiliki kekuatan besar yang terpendam.
Dalam hal ini juga tak ada yang paham betul bagaimana diperoleh kesimpulan semacam di atas. Dalam hal percaya atau tidaknya dengan ramalan semacam di atas, itu semua kembali kepada diri kita masing-masing, yang jelas dalam islam urusan jodoh dan hal yang berkaitan dengan masa yang akan datang itu semua adalah mutlak menjadi urusan Allah SWT.
Di era yang serba modern, kepercayaan terhadap primbon tersebut sedikit banyak telah ditinggalkan oleh sebagian masyarakat jawa sendiri, terutama bagi mereka kaum muda dan mereka yang berpendidikan tinggi. Karena menurut mereka hal ini bukanlah hal rasional dan sudah sepatutnya ditinggalkan, mengingat sudah semakin majunya peradaban manusia.
Sekali lagi hal semacam tersebut adalah murni hasil produk budaya, yang mana kita sebagai orang yang berada di dalamnya harus bisa bersifat seobyektif mungkin, dan tidak hanya melihat sesuatu dari satu sudut pandang saja. (wallahu’alam)

Read More......

Ibadah Ramadhan; Puasa Antara Ibadah Personal dan Kebjikan Sosial

Diposting oleh alaikbuletin on 06.27

Ibadah Ramadhan; Puasa Antara Ibadah Personal dan Kebjikan Sosial
By; Ghin Hisma s

Mulai 1 september 2008, ritual puasa satu bulan berlangsung kembali. puasa sendiri merupakan ritual paling tua sepanjang sejarah keyakinan keagamaan manusia. Allah swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Selama sebulan penuh, kaum Muslim baik itu rakyat ataupun pejabat, kaum papa ataupun penguasa siapapun dan apapun status sosial atau jabatannya bersama-sama menunaikan ibadah puasa.

Secara syar'i, puasa (as-Shiyam) adalah perbuatan menahan diri dari lapar dan dahaga serta segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam Matahari. Oleh karenanya, jangan heran jika atmosfer bulan yang oleh baginda dalam khutbahnya menyebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan Allah SWT yang datang membawa berkah, rahmah dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-hariya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-mlamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam-demi jamnya adalah yang paling utama ini terkesan berbeda dari bulan-bulan lainnya, hal ini ditandai dengan bertambah semangatnya kaum muslim memenuhi mesjid dan musholla, berbagai kegiatan keagamaan digelar, Al-qur'an didengungkan di mana-mana, warung makan tutup di siang hari, tampak baliho dan spanduk di berbagai sudut tempat, aksi razia PSK digelar, bahkan tayangan televisi-pun didominasi program khas serba-serbi bulan Ramadhan.
Jika ditilik lebih dalam mengenai hakikat Puasa tentu puasa tidak cukup jika dipahami hanya sebagai tanggung jawab personal, lebih-lebih jikalau hanya dimaknai melalui simbol-simbol keagamaan yang meaningless tentu tidak akan bermakna kecuali sepertia apa yang disinyalir dalam hadits Rasulullah SAW : “laisa lahu min shiamihi illa ju'i wa al-'athsi” tidaklah diperoleh dari puasanya itu, kecuali lapar dan haus (H.R Turmudzi) hal ini apa yang disebut oleh Muhammad Guntur Romli dalam koran harian kompas sebagi; pseudo-religius atau al-tadayyun al-za'if (keberagamaan yang palsu), menurutnya bahwa gejala pseudo-religius ini memiliki beberapa pola diantaranya keberagaman yang dibangun untuk tujuan “penyucian atau pengampunan diri” motif keberagamaan ini adalah demi kemashlahatan pribadi agar terbebas dari dosa. Dan Jika hakikat dari ajaran agama adalah tujuan dari syari'at (maqashid al-syari'at), yaitu terwujudnya kesalehan dan kemaslahatan sosial, maka adalah keniscayaan bahwa ibadah puasa harus pula ditransformasikan ke dalam kebajikan sosial. Secara hakiki, belum berpuasa orang yang masih melakukan korupsi,merampas hak kebendaan orang lain , membiarkan orang lain dalam kesengsaraan, memfitnah dan banyak dosa-dosa sosial lainnya. artinya tatkala seseorang berpuasa sebenarnya mempunyai tanggung jawab untuk tidak melakukan dosa sosial akan tetapi sebaliknya yaitu spirit kebajikan umum, untuk senantasa menjaga hak sesama dan turut serta merasakan penderitaan orang lain. Dengan demikian, berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan refleksi teologis untuk membumikan amal shaleh dan kasih sayang dalam tindak laku. Demikian dituturkan tokoh intelektual Muda NU Zuhairi Misrawi. Walhasil, puasa yang mulanya merupakan implementasi dari rukun agama semata, kemudian menjadi sebuah laku sosial yang sangat konstruktif. Semoga kita mampu mengamalkannya. amien

Read More......

Mencapai Syurga-MU

Diposting oleh alaikbuletin on 06.25

“De’ a’ minta maaf baru berani bilang sekarang. Aa’ itu termasuk anak dari keluarga yang brokenhome. Sejak umur 4 tahun a’ dah tau kekerasan dalam rumah tangga. Udsah ngeliat sendiri sikap ayah ke mama seperti apa. Makanya itu selepas SMA a’ pergi dari rumah, pindah ke Bandung.” Aku menghela nafas sejenak, menguatkan hati. Aku harus berani jujur pada istriku. Sudah sejak seminggu yang lalu aku mmikirkan hal ini, aku ingin jujur padanya sebelum kita melangkah terlalu jauh. Istriku diam saja mendengarkan suaraku dari horn telpon rumah.
“De’…A’ dulu suka minum minuman keras. Jarang pulang ke rumah, cari makan di jalan. A’ bias kuliah aja karena beasiswa…kalo g gitu mungkin a’ g bisa nerusin kuliah. A’ Cuma pengen ade’ tau aja. Makanya itu a’ cenderung pendiam, minder, g banyak ngom…..tut..tut..tut..” telpon terputus.
Istriku menutup telpon rumah. Ya Allah, salahkah aku ingin jujur pada istriku tentang masa laluku? Aku hanya ingin dia tahu siapa aku sebenarnya. Aku hanya ingin jujur dan memulai lagi semuanya dari awal. Dewi Wulandari, perempuan berjilbab asal surabaya yang aku kenal 4 tahun lalu lewat internet, perempuan yang aku nikahi sebulan yang lalu, perempuan yang berperan sangat besar dalam perubahan hidupku. Aku menghela nafas, mengingat kembali kejadian tadi pagi saat kami sedang makan sahur.

“A’? aa’ kenapa? Kok lemes begitu?” ujarnya sambil menghidangkan makan sahur. Aku tersenyum
“Gak apa-apa sayang. Mungkin a’ kurang enak badan aja.”
“Aa’ sakit y?” suaranya khawatir. Ia mendekatiku dan duduk di sampingku. Mengamati wajahku dengan perasaan khawatir.
“Gak apa-apa sayang. A’ gak apa-apa kok. Nanti juga baikan.”
“Istirahat aja ya a’. Nantia de’ telpon kantornya kasih kabar kalo a’ sakit”
“Gak usah De’. A’ masih sehat kok.”
“Tapi a’...”
“Gak apa-apa De’...Gak usah khawatir ya..” aku tersenyum padanya.
Aku mengangkat horn telpon dan menghubunginya lagi. Lama sekali tidak ada yang mengangkat. Aku coba sekali kagi, masih sama. Tak ada respon. Apa dia marah mendengar kejujuranku?. Aku coba sekali lagi, masih tak ada yang mengangkat. Akhirnya aku mengambil handphone dan mengiriminya SMS.
“De’ knp telpon a’ g diangkt?Ade’ nysel y nkah ma a’?A’ mnt maf klo ade’ g brkenan. Tpi a’ cma mw jjur aj.A’ mnt maaf y...”
Ya Allah, aku minta petunjukmu. Aku memejamkan mata, menghela nafas dalam. “Ya Allah, inikah tantangan yang harus aku jalani untuk menggapai Ridlo-Mu di bulan suci ini”. Aku masih menggenggam handphone. Tidak ada balasan. Allah istriku benar-benar marah padaku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku pasrah tapi aku lega sudah bisa jujur padanya. “Ya Allah kuatkan aku..!”
“De’ kok sms a’ g dbls? Ade’ mrh y ma a’?A’ mmag bkn pak ustadz. A’ g bs jd sprt itu.A’ mnt maaf, ade’ mw g maafin aa’?dbls y De’...”
Sekali lagi aku mengirim sms pada istriku. Masih belum ada jawaban. Huffh....
*******
Aku berhenti di depan pintu rumah., urung mengetuk pintu. Astaghfirullah...aku harus bersikap bagaimana?. Aku mengangkat tangan mengetuk pintu rumah dan mengucap salam.
“Assalamualaikum...De’..”. aku mendengar sura langkah kaki istriku. Hatiku bergetar. Ia membuka pintu diam menunduk tidak menatapku sama sekali.
“Assalamualaikum....”. aku mengucap salam lagi.
“Waalaikum salam...”jawabnya lirih, nyaris tak terdengar. Aku menatapnya sejenak, berharap ia akan berkata lebih. Tapi ia berlalu tanpa mengatakan apa-apa.
********
Hingga sore, menjelang berbuka puasa istriku masih saja diam, akupun diam. Tidak ada satupun kata terlontar dari bibir kami berdua. Dewi menyiapkan menu berbuka puasa di meja makan. Kami berbuka puasa dalam diam.
“Apa harus aku yang mulai? Aku kan sudah pernah bilang kalau aku pendiam, gak bisa mengawali perbincangan...ayo ngomong De’. Bantu aa’ De’...” batinku. Ia masih bertahan dalam diamnya.
“Ade’ pamit ke masjid dulu, sholat tarawih” hanya itu satu-satunya kata yang ia ucapkan. Aku masih terdiam membiarkannya berlalu begitu saja.
“Ya Allah, kenapa harus seperti ini? Mampukah aku menjalani keadaan ini Ya Allah? Kami baru saja memulai perjalanan ini. Belum setapak kami melangkah menjalani kehidupan dalam bahtera suci ini. Ya Allah mungkinkah perjalanan ini akan akan berhenti smpai disini? Ya Allah tujukkan kepadaku yang terbaik.
********
Sehari, dua hari, kami masih berthan dalam diam. Aku tak tahu harus memulai dari mana. Tapi mau tidak mau, memang aku yang harus memulai.
Selepas tarawih kulihat istriku sedang santai menonton siaran berita Top 9 (Nine) News di MetroTV. Ia memang perempuan cerdas, pemikir, kritis, peduli lingkungan sekitar dan selalu ingin tahu. Aku mendekatinya....
“De’...” kusentuh pundaknya. Ia agak tersentak, menoleh lalu menggeser duduknya. Memberiku tempat untuk duduk.
“Aa’ mau ngomong...” ujarku. Ia menolehku sebentar.
“Ngomong aja, ade’ dengerin..” ia mematikan televisi.
“Aa’...mmm..A’ dulu....mmm....” Ya Allah sesulit inikah aku mengungkapkan semua ini dihadapannya? Kenapa tak semudah ketika aku mengatakan hal ini di telpon tiga hari yang lalu.
“De’....” ia menoleh lagi sebentar. “mm...seperti yang a’ bilang kemaren, A’ ini dulunya bukan orang baik. Kata orang sih aa’ itu gak bener. Suka mabuk, bergaul sama preman, jarang pulang ke rumah, cari makan di jalan.” Aku memulai percakapan. Istriku masih diam mendengarkan. Aku tidak menangkap ekspresinya.
“A’ mau bilang, mau jujur... sebelum ada ade’ a’ sering gonta ganti cewek, kalau dihitung mungkin lebih dari 20 cewek pernah jadi pacar aa’. Hari ini putus, besok sudah dapat lagi yang baru, begitu.” Akui diam sejenak. Istriku menunduk, menghela nafas.
“Begitu seterusnya selama 4 tahun. Sejak a’ lulus SMA sampai selesai kuliah a’ seperti itu. Sampai suatu hari aa’ ketemu akhwat, berjilbab lebar, dia minta aa’ untuk berhenti minum. Dia sering main ke rumah, padahal rumah berantakan banget. Dia gak risih liat keadaan a’ kayak gini.”
“Sejak itu a’ sering bergaul sama mereka. A’ bilang sama mereka a’ mau baik, a’ mau berubah tapi a’ malu. Mereka bilang kenapa Yuda harus malu sama temen-temen Yuda, tapi Yuda gak malu sama Allah.......”
Istriku mengusap matanya, mungkin ia menangis. Aku menatapnya sebentar kemudian melanjutkan ceritaku tentang perubahan yang terjadi dalam hidupku.
“.............Akhirnya sedikit demi sedikit aa’ bisa berubah, belajar islam sama mereka. Menata lagi hidup aa’ dari awal, mencoba membenahi kesalahan-kesalahan a’ yang banyak banget”. Istriku masih bergeming.
“De’ mungkin Cuma itu aja yang mau aa’ omongin sama ade’. Kalo ade’ belum bisa nerima gak apa-apa. Terserah ade, maunya ade’ gimana a’ terima. Sekarang ade’ bebas memilih. Mungkin ade’ mau a’ mence....”. istriku sontak menoleh,meletakkan ujung jari telunjuknya dibibirku.
“Aa’ denger.... jangan pernah ucapkan kata-kata itu. Ade’ takut di bensi Allah”. Aku menatapnya dalam. “Ade menikah dengan Yuda yang sekarang, bukan Yuda yang dulu. Selama aa’ terus mau berusaha untuk lebih baik lagi, semua itu jadi gak penting buat ade’.”
Ada air menetes dari kedua pelupuk matanya.
“Ade’ sayang a’ tulus. Kita sama-sama berusaha untuk lebih baik ya. Ini bulan suci, gak baik putus asa dan pesimis. Kita benahi semuanya bersama-sama ya”. Dewi tersenyum, getir.
“A’ minta maaf baru bisa bilang sekarang. Aa’ minta maaf juga gak bisa jadi pak ustadz seperti yang ade’ harapkan. Ade’ pengen banget kan punya pesantren?! Tapi a’ belum bisa penuhi itu. A’ masih belum siap... A’ bukan siapa-siapa,gak punya apa-apa. A’ Cuma punya hati yang mencintai ade’ dengan tulus. A’ g mau ade kecewa.....”
“Sst... ade’ gak cari suami pak ustadz. Soal pesantren nanti bisa kita bicarakan lagi kapan-kapan. Kalau Allah menghendaki, insyaAllah nanti kita bisa mendirikan dan mengelola pesantren. Gak usah ngomong itu lagi ya a’. Ade’ ikhlas...”
“Tapi De’, a’ masih belum bisa lebih baik dari sekarang”
“gak apa-apa, nanti ade’ bantu”. Istriku tersenyum dan merebahkan kepalanya di pundakku. Perlahan aku merangkulnya.
“Terima kasih ya sayang....” Aku mencium keningnya dan memeluknya erat, erat sekali. Ia tersenyum manis sekali.
Perempuan ini, perempuan istimewa yang kau kirim untukku Ya Allah. Jangan pernah pisahkan aku darinya. Aku ingin menggapai ridlo-Mu bersamanya. Semoga bulan suci ini menjadi pengantar kami untuk menjadi insan yang mulia. Menjadi sejoli yang akan mencapai syurga-Mu dengan cinta. Amien......

Read More......

Renungan Ramadhan

Diposting oleh alaikbuletin on 06.22

Maha Agung Allah Yang menggantikan malam kepada siang. Siang pun kembali menuju malam. Hari-hari beriring membentuk bulan. Dan bulan-bulan pun beredar menjadi tahun. Semua nikmat dan berkah-Nya seperti berkumpul pada satu puncak bulan: Ramadhan. Inilah momentum Ramadan yang begitu mahal. Seperti kucuran air hujan bagi para petani. Kumpulan airnya akan berlalu begitu saja jika tidak segera dibendung, dialirkan, dan dimanfaatkan agar, benih-benih kebaikan baru bisa tumbuh, besar, dan berbuah. Semoga kita bukan petani yang lalai menampung hujan rahmat di Ramadhan tahun ini.

Puasa Ramadan dijadikan Allah sebagai medium kalkuasi diri dan introspeksi (ihtisab) serta kawah candradimuka (melting pos) bagi perjalanan rohani setiap Muslim. Selama puasa, kita dituntut mengadakan perhitungan tentang apa-apa yang telah kita persembahkan kepada Allah dan kita sumbangkan kepada sesama manusia. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri, tentu saja bila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadari tujuan puasa itu sendiri, sense of objective.
Jika seseorang berangkat dari nol, ia tidak mungkin sampai ke bilangan 5 tanpa melewati terlebih dahulu bilangan 1, 2, 3 dan 4. Seribu langkah tidak akan pernah tercapai tanpa adanya langkah pertama. Tetapi, yang lebih aneh adalah pertanyaan mungkinkan seseorang bisa berangkat dari titik nol? Dalam hidup terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, barulah kita tahu bahwa apa yang kita inginkan terkadang tidak membuat hidup kita lebih bahagia “...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216)
Manusia dengan kesucian asalnya, primordial, terkadang mudah terjerumus dan tergelincir ke dalam dosa hingga dirinya tidak suci lagi. Meminjam istilah sastrawan terkenal Dante, kesucian itu diistilahkannya dengan surga atau paradise, suasana jiwa tanpa penderitaan, sedangkan dosa sebagai kondisi jiwa yang tidak membahagiakan, diistilahkan “purgatoria” atau penyucian jiwa. Orang yang menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan, dengan sendirinya akan dapat mengembalikan jiwanya kepada kesucian atau paradise, yakni kebahagiaan.
Hakikat spiritual atas hakikat material dalam diri manusia. Ini berarti, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.


Read More......