MENCIPTAKAN HENING, MULAI!
Oleh: Radinal Mukhtar Harahap*
Oleh: Radinal Mukhtar Harahap*
Dengar seluruh
Angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja
Di ribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang
Wahai bunga putra bangsa
Harga
Jasa
Kau cahaya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Sewaktu penulis masih berada di sekolah dasar, lirik lagu tersebut adalah lirik “wajib hapal” bagi seluruh murid. Lirik ini memang wajib dihafal karena setiap senin pagi harus dinyanyikan oleh petugas upacara, yang selalu bergantian, saat acara mengheningkan cipta.
Angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja
Di ribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang
Wahai bunga putra bangsa
Harga
Jasa
Kau cahaya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Sewaktu penulis masih berada di sekolah dasar, lirik lagu tersebut adalah lirik “wajib hapal” bagi seluruh murid. Lirik ini memang wajib dihafal karena setiap senin pagi harus dinyanyikan oleh petugas upacara, yang selalu bergantian, saat acara mengheningkan cipta.
Tapi benarkan saat itu saya benar-benar mengheningkan cipta? Tidak! Sama sekali tidak. Saya tidak tahu apa itu karena kenakalan saya diwaktu kecil atau ada persoalan lain. Rahasia ini saya simpan baik-baik dalam hati saya hingga hari ini tatkala saya membuka http://yulian.firdaus.or.id/2005/11/10/hymne-pahlawan/. Saya baru sadar bahwa bukan saya saja yang tidak mengheningkan cipta, bahkan teman-teman pada situs itu mengatakan bahwa lagu itu bukan untuk mengheningkan cipta melainkan untuk menciptakan hening!
Perubahan makna dari mengheningkan cipta, dengan arti mengenang seluruh jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kesatuan republik indonesia dibawah pimpinan Bung Tomo (yang sampai saat ini belum diangkat secara resmi menjadi Pahlawan Nasional, hanya menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto) menjadi menciptakan hening sangatlah disayangkan. Tapi itulah kenyataan dan itulah yang terjadi.
Penghargaan masyarakat indonesia akan jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa ini menjadi salah satu penyebab dari ini semua. Pimpinan perlawanan rakyat indonesia terhadap Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby yaitu Bung Tomo hanya diberi penghargaan Bintang Mahaputra Utama, bukan menjadi pahlawan Nasional.
Saatnya jiwa-jiwa pahlawan yang ada pada pahlawan-pahlawan kita menjadi bahan pengheningan kita saat upacara sehingga timbul jiwa-jiwa pahlawan pada diri kita. Tidak sebaliknya, pada saat upacara kita hanya bisa menciptakan keheningan dibalik syair-syair hymne pahlawan.