Renungan Ramadhan

Diposting oleh alaikbuletin on 06.22

Maha Agung Allah Yang menggantikan malam kepada siang. Siang pun kembali menuju malam. Hari-hari beriring membentuk bulan. Dan bulan-bulan pun beredar menjadi tahun. Semua nikmat dan berkah-Nya seperti berkumpul pada satu puncak bulan: Ramadhan. Inilah momentum Ramadan yang begitu mahal. Seperti kucuran air hujan bagi para petani. Kumpulan airnya akan berlalu begitu saja jika tidak segera dibendung, dialirkan, dan dimanfaatkan agar, benih-benih kebaikan baru bisa tumbuh, besar, dan berbuah. Semoga kita bukan petani yang lalai menampung hujan rahmat di Ramadhan tahun ini.

Puasa Ramadan dijadikan Allah sebagai medium kalkuasi diri dan introspeksi (ihtisab) serta kawah candradimuka (melting pos) bagi perjalanan rohani setiap Muslim. Selama puasa, kita dituntut mengadakan perhitungan tentang apa-apa yang telah kita persembahkan kepada Allah dan kita sumbangkan kepada sesama manusia. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri, tentu saja bila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadari tujuan puasa itu sendiri, sense of objective.
Jika seseorang berangkat dari nol, ia tidak mungkin sampai ke bilangan 5 tanpa melewati terlebih dahulu bilangan 1, 2, 3 dan 4. Seribu langkah tidak akan pernah tercapai tanpa adanya langkah pertama. Tetapi, yang lebih aneh adalah pertanyaan mungkinkan seseorang bisa berangkat dari titik nol? Dalam hidup terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, barulah kita tahu bahwa apa yang kita inginkan terkadang tidak membuat hidup kita lebih bahagia “...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216)
Manusia dengan kesucian asalnya, primordial, terkadang mudah terjerumus dan tergelincir ke dalam dosa hingga dirinya tidak suci lagi. Meminjam istilah sastrawan terkenal Dante, kesucian itu diistilahkannya dengan surga atau paradise, suasana jiwa tanpa penderitaan, sedangkan dosa sebagai kondisi jiwa yang tidak membahagiakan, diistilahkan “purgatoria” atau penyucian jiwa. Orang yang menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan, dengan sendirinya akan dapat mengembalikan jiwanya kepada kesucian atau paradise, yakni kebahagiaan.
Hakikat spiritual atas hakikat material dalam diri manusia. Ini berarti, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.